Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang
memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah:
(1). Pendekatan Pembelajaran,
(2). Strategi Pembelajaran,
(3). Metode Pembelajaran,
(4).
Teknik Dan Taktik Pembelajaran,
(5).
Model Pembelajaran.
Berikut
ini akan dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan dapat
memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
I. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1)
pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan
2)
pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu:
1)
pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan
2)
pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Macam -macam pendekatan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan Konstektual
Pendekatan Kontekstual atau
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US
Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa
makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri
yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan
berusaha untuk menggapainya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting,yaitu:
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting,yaitu:
a.
Mengaitkan
adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,mengaitkan apa yang sudah diketahui
siswa dengan informasi baru.
b.
Mengalami
merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat
terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta
melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
c.
Menerapkan
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah.
Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan
relevan.
d.
Kerjasama
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya,siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama
tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar,tetapi konsisten dengan dunia
nyata.
e.
Mentransfer
Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada
pemahaman bukan hapalan.
2. Pendekatan Konstrutivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran
yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide
baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini
peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan
materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti,serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme ,tetapi terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial);sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu (konstruktivisme individu) yang utama.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti,serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme ,tetapi terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial);sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu (konstruktivisme individu) yang utama.
a.
Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang
tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas
adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka
berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang
membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
b. Konstruktivisme social
Berbeda dengan Piaget,Vygotsky
percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial,yaitu terhadap apa yang
masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga
perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya
yang berbeda. Interaksi sosial,alat-alat budaya,dan aktivitasnya membentuk
perkembangan dan kemampuan belajar individual.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
a. Dengan adanya pendekatan
konstruktivisme,pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan
oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung
sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan
menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
b. Antara pengetahuan-pengetahuan yang
ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
c. Setiap siswa mempunyai peranan
penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
d. Peran guru hanya sebagai pembimbing
dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan
peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan
yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang
kompleks,peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu
yang khusus.Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari
keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula
dengan menyajikan aturan,prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus
atau penerapan aturan,prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
4. Pendekatan
Induktif
Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula
dari keadaan khusus menuju Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan
dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini
sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus
menjadi umum.keadaan umum. APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian
induksi,Statement ini adalah suatu usaha APB untuk membangun sebuah teori
akuntansi. Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) yang dijelaskan di
dalam pernyataan (statement) dibangun berdasarkan observasi dari praktek yang
ada.
5. Pendekatan
Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta
didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan
konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki
ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh
dari pengamatan dan pengalaman. Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan
pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan
kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
d. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalarnan
e. Konsep yang benar membentuk pengertian
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan
dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah:
a. Menanti kesiapan belajar, kematangan
berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
b. Mengetengahkan konsep dasar dengan
persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
c. Memperkenalkan konsep yang spesifik
dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang komplek.
d. Penjelasan perlahan-lahan dari yang
konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu:
1. Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
a. Pengenalan benda konkret.
b. Menghubungkan dengan pengalaman lama
atau berupa pengalaman baru.
c. Pengamatan,penafsiran tentang benda
baru
2.
Tahap simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan:
a. Simbol,lambang,kode,seperti angka,huruf.
kode,seperti (?=,/)
b. Membandingkan antara contoh dan
non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan
ciri-cirinya.
c. Memberi nama,dan istilah serta
defenisi.
3. Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara
abstrak,seperti Menyebut nama,istilah,defmisi,apakah siswa sudah mampu
mengatakannya.
6. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses adalah pendekatan
yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik
diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih
daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta
didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan
atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran
yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian,
keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
7. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan
Science,Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,Teknologi dan
Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep,
keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
(Susilo,1999). Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris
disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and
Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun
istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment,yang dalam
berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan
pendekatan terpadu antara sains,teknologi,dan isu yang ada di masyarakat.
Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang
cukup memiliki bekal pengetahuan,sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya Filosofi yang mendasari
pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,yaitu peserta didik menyusun
sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah
mereka ketahui.
II. STRATEGI
PEMBELAJARAN.
Kemp
(Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
1)
exposition-discovery
learning dan
2)
group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008)
.
Ditinjau
dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif.
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1.
Mengidentifikasi
dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target)
yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2.
Mempertimbangkan
dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk
mencapai sasaran.
3.
Mempertimbangkan
dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal
sampai dengan sasaran.
4.
Mempertimbangkan
dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk
mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks
pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1.
Menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku
dan pribadi peserta didik.
2.
Mempertimbangkan
dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.
Mempertimbangkan
dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4.
Menetapkan
norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku
keberhasilan.
Macam-macam
strategi pembelajaran meliputi: Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE),
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI), Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(SPBM) , Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK), Stategi Pembelajaran
Kontekstual (CTL), Srategi Pembelajaran Afektif, Strategi Pembelajaran Kreatif
Produk, Strategi Pembelajaran Inkuiri ktif , Strategi Pembelajaran Berbasis
Proyek, Strategi Pembelajaran Kuantum, Strategi Pembelajaran Siklus, Srategi
Pembelajaran Berbasis Komputer dan Berbasis Elektronik (E-Learning), Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB).
III. METODE PEMBELAJARAN
metode pembelajaran di sini dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1. Metode Ceramah
Metode
pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam
jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui
ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat
mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2. Metode Diskusi
Metode
pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk
berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat
dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.
Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang
bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut
Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode
diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode
diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah
lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode
diskusi.
3. Metode
Demonstrasi
Metode
pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana
cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya.
Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu
alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a.
Perhatian
siswa dapat lebih dipusatkan.
b.
Proses
belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c.
Pengalaman
dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a.
Siswa
kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b.
Tidak
semua benda dapat didemonstrasikan.
c.
Sukar
dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
4. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus
adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode
ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode
ceramah plus, diantaranya yaitu:
a.
Metode
ceramah plus tanya jawab dan tugas
b.
Metode
ceramah plus diskusi dan tugas
c.
Metode
ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5. Metode Resitasi
Metode
Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa
membuat resume dengan kalimat sendiri. Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a.
Pengetahuan
yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat
lebih lama.
b.
Peserta
didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung
jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a.
Kadang
kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil
pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b.
Kadang
kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan
c.
Sukar
memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Metode
pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana
siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang obyek yang dipelajarinya.
7. Metode Study
Tour (Karya wisata)
Metode study
tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta
didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya
peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil
kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode
latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan
mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan,
fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode
latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis
pada peserta didik.
9. Metode
Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran
beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang
yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk
sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian
digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung
berhadapan dengan team pendidik tersebut.
10. Peer Theaching
Method
Metode
Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode
mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
11. Metode
Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode
problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan.
Metode
problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan
wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang
guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan
pendapatnya.
12. Project Method
Project
Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta
peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
13. Taileren
Method
Teileren
Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan
sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat
lainnya yang tentusaja berkaitan dengan masalahnya
14. Metode Global
(ganze method)
Metode
Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan
materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil
intisaridari materi tersebut.
IV. TEKNIK DAN TAKTIK PEMBELAJARAN
Selanjutnya metode pembelajaran
dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan demikian, teknik
pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
Sementara taktik pembelajaran
merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran
tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik
yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi
dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara
yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang
itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari
masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian
dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah
ilmu sekalkigus juga seni (kiat)Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing
istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Berdasarkan uraian di atas, bahwa
untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut
dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan
berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang
sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak
ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk
kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat
sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon
guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk
pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di
atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan
mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata
di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya
khazanah model pembelajaran yang telah ada.
V. MODEL PEMBELAJARAN
Apabila antara pendekatan, strategi,
metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Macam-macam model pembelajaran
yaitu:
1.
Model
Studen Teams – Achievement Divisions (STAD)
2.
Model
examples – non examples
3.
Model
lesson study
4.
Model
pembelajaran ARIAS (assurance, relevance, interest, assessment, dan
satisfaction).
Berkenaan dengan model pembelajaran,
Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
a.
Model
interaksi sosial;
b.
Model
pengolahan informasi;
c.
Model
personal-humanistik; dan
d.
Model
modifikasi tingkah laku.
Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi
pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah
tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut,
dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika
strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum
aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada
cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah
ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan
rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah
yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya),
masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan
desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya,
maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap
akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa
untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut
dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan
berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.Pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.Pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Unsur-Unsur Model Pembelajaran Joyce
dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar atau
model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut:
a.
Sintak
(syntax)
b.
Sistem
sosial (the social system)
c.
Prinsip
reaksi (principles of reaction)
d.
Sistem
pendukung (support system).
Macam Model Pembelajaran Menurut
Karli dan Yuliariatiningsih (2002) adalah:
a.
Model
Pembelajaran Kontekstual (CTL),
b.
Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah,
c.
Model
Pembelajaran Konstruktivisme,
d.
Model
Dengan Pendekatan Lingkungan,
e.
Model
Pengajaran Langsung,
f.
Model
Pembelajarn Terpadu, Dan
g.
Model
Pembelajaran Interaktif.
Fungsi model pembelajaran adalah
sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan
model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan
(kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat
kemampuan peserta didik.
Di bawah ini akan diuraikan secara
singkat dari masing-masing model pembelajaran :
1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching Learning)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual,
tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya
menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen
yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu : Pembelajaran
harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara
khusus (dari umum ke khusus).
Pembelajaran harus ditekankan pada
pemahaman, dengan cara:
a.
Menyusun
konsep sementara;
b.
Melakukan
sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan
c.
Merevisi
dan mengembangkan konsep.
2. Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu
model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang
berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama
yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari
metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan
suatu kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi
hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya,
sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi
parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan
masalah. Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan
tahapan pembelajaran bermain peran meliputi :
a. Menghangatkan suasana dan memotivasi
peserta didik;
b. Memilih peran;
c. Menyusun tahap-tahap peran;
d. Menyiapkan pengamat;
e. Menyiapkan pengamat;
f. Tahap pemeranan;
g. Diskusi dan evaluasi tahap diskusi
dan evaluasi tahap i ;
h. Pemeranan ulang; dan
i.
Diskusi
dan evaluasi tahap ii; dan
j.
Membagi
pengalaman dan pengambilan keputusan.
3. Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan
melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003)
menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu :
1. adanya keterlibatan emosional dan
mental peserta didik;
2. adanya kesediaan peserta didik untuk
memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan;
3. dalam kegiatan belajar terdapat hal
yang menguntungkan peserta didik.
Pengembangan pembelajaran
partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut: Menciptakan suasana yang
mendorong peserta didik siap belajar. Membantu peserta didik menyusun kelompok,
agar siap belajar dan membelajarkan. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar. Membantu peserta
didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
4. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di
dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan
memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar
semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran
harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari
strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan
dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap
peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan
hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar
tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan
belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada
tahap berikutnya. Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik
menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh
balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian
tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk
menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh
bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai
tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).
5. Pembelajaran dengan Modul (Modular
Instruction)
Modul adalah suatu proses
pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara
sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik,
disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pembelajaran dengan
sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut: Setiap modul harus
memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang
harus digunakan. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan
untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap
modul harus :
1. Memungkinkan peserta didik mengalami
kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya;
2. Memungkinkan peserta didik mengukur
kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan
3. Memfokuskan peserta didik pada
tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.
Setiap modul memiliki mekanisme
untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk
memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.
Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa
komponen, diantaranya :
1. Lembar kegiatan peserta didik;
2. Lembar kerja;
3. Kunci lembar kerja;
4. Lembar soal;
5. Lembar jawaban dan
6. Kunci jawaban.
6. Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan
kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi
siswa, yaitu :
1. Aspek sosial di dalam kelas dan
suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi;
2. Berfokus pada hipotesis yang perlu
diuji kebenarannya; dan
3. Penggunaan fakta sebagai evidensi dan
di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang
fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.
I.
PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
Dalam mengajar guru harus pandai
menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa
merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap
dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam
menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam
pengajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat
pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),
pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran
discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif
(Sanjaya, 2008:127).
II.
STRATEGI
PEMBELAJARAN
Dari
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam
strategi pembelajaran. Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan
dalam pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Dalam pengertian
sempit bahwa istilah strategi itu sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama
merupakan cara dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam pengertian luas
sebagaimana dikemukakan Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus
dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan
pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan
sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan
tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai
taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks
pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi
peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem
pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum
ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara
itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
(1)
exposition-discovery learning.
(2)
group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau
dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif.
III.
METODE PEMBELAJARAN
Metode merupakan langkah operasional
dari strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga
bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu metode pembelajaran harus
disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu
metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran.
Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab secara
umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang telah teratur
dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode berasal dari kata method (Inggris), artinya melalui, melewati, jalan
atau cara untuk memeroleh sesuatu.
Berdasarkan pengertian tersebut di
atas jelas bahwa pengertian Metode pada prinsipnya sama yaitu merupakan
suatu cara dalam rangka pencapaian tujuan, dalam hal ini dapat menyangkut dalam
kehidupan ekonomi, sosial, politik, maupun keagamaan. Unsur–unsur metode dapat
mencakup prosedur, sistimatik, logis, terencana dan aktivitas untuk mencapai
tujuan. Adapun metode dalam pembahasan ini yaitu metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang
sistimatik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar kegiatan
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatan
pembelajaran tersebut tidak dapat lepas dari interaksi antara sumber belajar
dengan warga belajar, sehingga untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan
berbagai cara dalam pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat
diciptakan interaksi satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing
jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat
sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Metode dalam
pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja,
sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tugas cakupan yang
luas yaitu disamping sebagai penyampai informasi juga mempunyai tugas untuk
mengelola kegiatan pembelajaran sehingga warga belajar dapat belajar untuk
mencapai tujuan belajar secara tepat. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut maka
kedudukan metode dalam pembelajaran mempunyai ruang lingkup sebagai cara dalam:
1. Pemberian dorongan, yaitu cara yang
digunakan sumber belajar dalam rangka memberikan dorongan kepada warga belajar
untuk terus mau belajar.
2. Pengungkap tumbuhnya minat belajar,
yaitu cara dalam menumbuhkan rangsangan untuk tumbuhnya minat belajar warga
belajar yang didasarkan pada kebutuhannya.
3. Penyampaian bahan belajar, yaitu
cara yang digunakan sumber belajar dalam menyampaikan bahan dalam kegiatan
pembelajaran
4. Pencipta iklim belajar yang
kondusif, yaitu cara untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi
warga abelajar untuk belajar
5. Tenaga untuk melahirkan kreativitas,
yaitu cara untuk menumbuhkan kreativitas warga belajar sesuai dengan potensi
yang dimilikinya
6. Pendorong untuk penilaian diri dalam
proses dan hasil belajar, yaitu cara untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran
7. Pendorong dalam melengkapi kelemahan
hasil belajar, cara untuk untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi dalam
kegiatan pembelajaran Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Dengan
kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya
(2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya:
(1)
ceramah.
(2)demonstrasi.
(3)
diskusi.
(4)
simulasi.
(5)
laboratorium.
(6) pengalaman lapangan.
(7)
brainstorming.
(8)
debat.
(9) simposium.
IV.
TEKNIK PEMBELAJARAN
Selanjutnya
metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan
demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama.
V.
MODEL
PEMBELAJARAN
Model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Namun ada juga yang menjelaskan
bahwa ada 65 model pembelajaran PAIKEM. Dan itu tidak dapat kita jelaskan satu
persatu di sini, sebab pembahasan dalam tulisan ini tidak lah mengkhususkan
untuk membahas model pembelajaran tersebut.
Contoh :
model yang digunakan guru PAIKEM, Pendekatan
pembelajaran yang telah ditetapkan pemerintah adalah pendekatan pembelajaran
yang terfokus pada siswa, dimana strategi pembelajaran siswa aktif, bisa
mengungkapan gagasan, penemuan-penemuanJika strategi pembelajaran lebih
berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan
desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang
berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo,
rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan
dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru
(blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan
urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai
dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang
akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa
untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut
dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati
upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru
atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model
pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian
akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber
literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep
atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan
teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru
pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran
tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja
masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran
versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model
pembelajaran yang telah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar